• SIAKAD MAHASISWA
  • SIAKAD DOSEN
  • SIMPEG
  • DAFTAR ONLINE
  • E-JOURNAL
  • SPADA
  • SISTER
  • PERPUSTAKAAN
  • Tracer Study
  • Search
STIKES SEHATI MEDAN STIKES SEHATI MEDAN STIKES SEHATI MEDAN STIKES SEHATI MEDAN
  • Home
  • Tentang Kami
  • Pendidikan
  • Akademik
  • Informasi
  • Unit-Lembaga
  • Dosen & Staff
  • Publikasi
  • Pengumuman
  • Beranda
  • Berita
  • Pengetahuan

Kenapa Ketika Irit, Duit Makin Dikit? Lalu Ketika Boros Duit Makin Banyak

  • 03/06/2025 09:03:55
  • Oleh: Eko
  • 80


Pertanyaan ini menarik karena terdengar paradoks: kenapa saat irit malah duit terasa makin dikit, dan saat boros justru makin banyak? Secara logika ekonomi, ini bertentangan dengan prinsip dasar pengelolaan keuangan. Tapi mari kita uraikan beberapa alasan psikologis, praktis, dan kontekstual di balik fenomena ini.


1. Psikologi Keuangan: Ilusi Kontrol dan Mentalitas Kekurangan

  • Saat kita irit secara ekstrem, kita fokus pada mengurangi pengeluaran, bukan meningkatkan pemasukan. Ini menciptakan mentalitas kekurangan (scarcity mindset), yang justru membuat kita merasa selalu kurang.

  • Sebaliknya, saat kita boros (dalam batas wajar), sering kali ada rasa percaya diri, optimisme, atau bahkan sikap terbuka terhadap peluang. Ini bisa membuka jalan ke peluang usaha, koneksi baru, atau proyek tambahan yang menghasilkan uang.


2. Energi dan Sirkulasi Uang

  • Uang seperti energi, kalau terlalu dikekang, alirannya macet. Misalnya:

    • Orang yang irit mungkin menahan investasi, tidak networking, atau melewatkan peluang.

    • Orang yang boros (produktif) justru membelanjakan uangnya untuk hal yang bisa balik modal, seperti pelatihan, alat kerja, atau relasi.

Contoh: Ada yang boros beli kamera mahal, tapi karena itu dia dapat job foto rutin. Kalau dia irit dan nggak beli kamera, peluang itu lewat.


3. Irit yang Salah Kaprah

  • Banyak orang irit di hal kecil, tapi tetap mengeluarkan uang besar tanpa sadar.

    • Misalnya hemat Rp10 ribu sehari tapi ambil cicilan motor tanpa hitung bunga.

  • Juga, kebanyakan irit bisa bikin stres → kesehatan drop → biaya tak terduga naik.


4. Borong Peluang vs. Boros Konsumtif

Perlu dibedakan:

  • Boros produktif: Mengeluarkan uang untuk sesuatu yang bisa balik modal atau membuka peluang baru.

  • Boros konsumtif: Foya-foya tanpa arah → pasti rugi.

Orang yang “kelihatan boros” seringkali sebenarnya berani ambil risiko, dan dari risiko itu datang keuntungan.


5. Lingkaran Uang dan Keberanian Ambil Kesempatan

  • Saat kamu “boros” dalam arti berani spending untuk growth, kamu mengirim sinyal ke dunia: "Saya siap main besar." Kadang itu bikin orang lebih percaya, lebih berani kerja sama.

  • Saat kamu terlalu “irit”, kamu terkesan pasif. Dunia jadi ‘tidak memantulkan’ energi kesempatan ke kamu.


Singkatnya:

Sikap Efek Negatif Efek Positif
Irit Mindset kekurangan, kehilangan peluang, terlalu fokus simpanan Disiplin, stabil jangka pendek
Boros Bisa konsumtif, keuangan jebol kalau tak terkendali Bisa membuka peluang, meningkatkan pemasukan kalau diarahkan

Share To :

Kategori Berita

  • Kegiatan Akademi (31)
  • Wisuda (1)
  • Beasiswa (1)
  • Pengetahuan (187)
  • Informasi (15)
  • Ukom Medan (2)
  • Seminar/Workshop (7)
  • Lowongan Pekerjaan (10)
  • kegiatan Mahasiswa (4)

Berita Terbaru

  • Kenapa Ketika Irit, Duit Makin Dikit? Lalu Ketika Boros Duit Makin Banyak mahasiswa stikes sehati
    03 Juni 2025
  • Kenapa Ketika Irit, Duit Makin Dikit? Lalu Ketika Boros Duit Makin Banyak
    03 Juni 2025
  • Ngobrol Prodi Administrasi Rumah Sakit (NGOBARS) Seri 1
    10 Juni 2025
  • Prokrastinasi bagi Mahasiswa STIKes Sehati
    30 Mei 2025
  • Prokrastinasi
    30 Mei 2025
STIKES SEHATI MEDAN
STIKES SEHATI MEDAN
Jl. Pembangunan No.130C Kel. Keluarahan Helvetia Timur, Kec. Medan Helvetia, Kota Medan, Sumatera Utara
   stikes.sehati@gmail.com
   061 80030232
   061 80030232

Tentang Kami

  • Intagram
  • TikTok
  • FaceBook

Penerimaan Mahasiswa Baru

    Layanan Sistem Informasi

      Link Terkait

        © 2022 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sehati Medan